Beberapa Contoh dan Makna Gugon Tuhon
image source: jatengonline.com
Dari banyaknya gugon tuhon yang berkembang, tidak semua masyarakat pendukungya mengetahui atau mengerti makna yang tesimpan di dalamnya, karena memang sifat gugon tuhon adalah maknanya tersembunyi, jadi setiap masyarakat pendukungnya tidak mengetahui makna yang sebenarnya. Untuk pengertian dan fungsi gugon tuhon bisa klik di sini. Dari beberapa gugon tuhon, ada beberapa makna sebenarnya yang dapat dijelaskan, diantaranya yaitu:
1. Yen weweh dijaluk maneh, gulune dadi gondhoken
“Kalau memberi lalu diminta lagi, maka lehernya menjadi gondongen”. Secara irasional kalau memberi lalu diminta lagi nanti lehernya akan gondongan, sedangkan secara rasional, kalau memberi diminta lagi itu tidak boleh, karena beararti kita memberinya tidak secara ikhlas, padahal kalau memberi kita harus dengan tulus ikhlas.
2. Bocah lanang ora kena maem piringan ing lemper
“Anak laki-laki tidak boleh makan menggunakan lemper”. Secara rasional, lemper adalah tempat untuk menyambal, jadi kalau mau makan sebaiknya menggunakan piring.
3. Yen wayahe bengi bocah cilik ora kena tabuhan pager
“Jika waktu malam anak kecil tidak boleh menabuh pagar”. Secara rasional, jka malam-malam menabuh pagar maka akan mengganggu tetangga karena suara tabuhannya yang keras.
4. Yen madhang ora usah karo ngombe, mundhak kekarepane ora kagayuh
“Jika makan tidak boleh dengan minum, karena dikhawatirkan harapannya/keinginannya tidak tercapai. Secara irasional, makan dengan minum dikhawatirkan keinginanya tidak tercapai, sedangkan secara rasional, jika makan dengan minum itu adalah hal yang berlebihan dan juga tidak baik untuk kesehatan sehingga tidak baik untuk dilakukan.
5. Aja njegong ing tengah lawang, mundhak duda mengkelang (suwe ora entuk jodho)
“Jangan duduk di tengah pintu, karena bisa menjadi duda (lama tidak dapat jodoh)”. Secara irasional, duduk di tengah pintu menjadi duda (lama mendapat jodoh), sedangkan secara rasional, duduk di tengah pintu itu bisa menghalangi seseorang yang akan melewati pintu tersebut, sehingga hal itu tidak baik untuk dilakukan.
6. Aja nyicip jangan ing eros, mundhak ayune keri ing eros
“Jangan mencicipi sayuran di entong, karena dikhawatirkan cantiknya ketinggalan di entongnya”. Secara irasional mencicipi sayuran di entong nanti cantiknya ketinggalan di entongnya, sedangkan secara rasional adalah bahwa entong itu alat untuk mengambil sayuran, bukan untuk makan/menyicipi, kalau makan itu menggunakan sendok bukan entong, sehingga hal itu tidak baik untuk dilakukan.
7. Yen bar madhang tabete (bekase) disapu, supaya bisa ngrumati mantune
“Kalu setelah makan, bekasnya harus disapu supaya bisa menjaga menantunya”. Secara irasional setelah makan bekasnya disapu supaya bisa menjaga menantunya, sedangkan secara rasional bahwa jika selesai makan maka terkadang akan meninggalkan sisa yang kotor, jadi sisa itu harus disapu atau dibersihkan biar menjadi bersih.
8. Yen maem kudu dientekake, yen ora mundhak pitik ing kandhang mati
“Kalau makan harus dihabiskan karena dikhawatirkan ayamnya akan mati”. Secara irasional kalu makan tidak dihabiskan maka menyebabkan ayamnya mati sedangkan secara rasional bahwa jika makan itu harus dihabiskan, karena kalu tidak itu akan menjadikan mubadzir dan sia-sia, sehingga itu tidak boleh dilakukan.
9. Aja lungguh bantal, mundhak wudunen
“jangan duduk diatas bantal, karena dikawatirkan akan bisulan”. Secara irasioal bantal yang diduduki karena dikhawatirkan akan bisulan bagi orang yang mendudukinya, sedangkan secara rasional, bantal merupakan tempat untuk kepala (sirah) waktu manusia tidur, kemudian dipakai untuk pantat/bokong, hal tersebut tidak pantas dilakukan.
Gabung dalam percakapan