Sejarah Masuknya Kemusyrikan pada Masyarakat Arab Sebelum Diutusnya Nabi Muhammad SAW

       Bangsa Arab adalah anak-anak Ismail as. Karena itu, mereka mewarisi millah (agama) dan manhaj (jalan) yang pernah dibawa oleh bapak mereka. Millah dan manhaj yang menyerukan tauhidullah, beribadah kepada-Nya, mematuhi hukum-hukum-Nya, mengagungkan trmpat-tempat suci-Nya, khususnya Baitul Haram, menghormati dan memertahankan syiar-syiar-Nya.
       Setelah beberapa kurun waktu, mereka mulai mencampuradukkan kebenaran yang diwarisinya itu dengan kebatilan yang menyusup kepada mereka sehingga masuklah kemusyrikan kepada mereka. Mereka kembali menyembah nerhala-berhala. Tradisi-tradisi buruk dan kerusakan moral pun tersebar luas. Akhirnya, mereka jauh dari cahaya tauhid dan ajaran hanifiyah. Selama beberapa abad, mereka hidup dalam kehidupan jahiliah sampai akhirnya datang bi’tsah Muhammad SAW.
        Orang yang pertama kali memasukkan kemusyrikan kepada mereka dan mengajak mereka menyembah berhala adalah Amr bin Luhayyi bin Qam’ah, nenek moyang bani Khuza’ah.
Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Muhammad bin Ibrahim ibnul Harits at-Tamimi: Shalih as-Saman menceritakan kepadanya bahwa ia pernah mendengar Abu Hurairah berkata, “Aku pernah mendengar Rasululllah SAW bersabda kepada Aktsam bin Jun al-Khuza’i, ‘Wahai Aktsam, aku pernah melihat Amr bin Luhayyi bin Qam’ah bin Khandaf ditarik usus-ususnya ke dalam neraka. Aku tidak pernah melihat seorangpun mirip (wajahnya) dengannya kecuali kamu.’ Aktsam lalu berkata, ‘Apakah kemiripan rupa tersebut akan membahayakan aku, ya Rasulullah?’ Rasulullah menjawab, ‘Tidak, sebab kamu Mukmin, sedangkan dia kafir. Sesungguhnya, dia adalah orang yang pertama mengubaha agama Isma’il as. Selanjutnya, dia membuat patung-patung, emotong telinga binatang untuk dipersembahkan kepada thagut-thagut, menyembelih binatang untuk tuhan-tuhan mereka, membiarkan unta-unta untuk sesembahan, dan memerintahkan untuk tidak menaiki unta tertentu karena karen keyakinan mereka kepada berhala.’”.
Ibnu Hisyam meriwayatkan bagaimana Amr bin Luhayyi ini memasukkan penyembahan berhala kepada bangsa Arab. Ia berkata, “Amr bin Luhayyi keluar Makkah ke Syam untuk suatu keperluannya. Ketika sampai di Ma’ab, di daerah Balqa’, pada waktu itu di tempat tersebut terdapat anak keturunan Amliq bin Laudz bin Sam bin Nuh. Dia melihat mereka menyembah berhala-berhala. Amr bin Luhayyi lalu berkata kepada mereka, ‘Apakah berhala-berhala yang kamu sembah ini?’ Mereka menjawab, ‘Ini adalah berhala-berhala yang kami sembah. Kami meminta hujan kepadanya lalu kami diberi hujan. Kami meminta pertolongan kepadanya lalu kami ditolong.’ Amr bin Luhayyi lalu berkata lagi, ‘Bolehkah kamu berikan satu berhala kepadaku untuk aku bawa ke negeri Arab agar mereka (juga) menyembahnya?’ Mereka pun memberikan satu berhala yang bernama Hubal lalu Amr membawanya pulang ke Makkah dan dipasanglah berhala tersebut. Selanjutnya, ia memerintahkan orang-orang untuk menyembah dan menghormatinya.”. 
       Demikianlah, penyembahan berhala dan kemusyrikan telah tersebar di Jazirah Arab. Mereka telah meninggalkan aqidah tauhid dan mengganti nama Ibrahim juga Ismail serta lainnya. Akhirnya, mereka mengalami kesesatan, meyakini berbagai keyakinan yang keliru, dan melakukan tindakan-tindakan yang buruk, sebagaimana umat-umat yang lainnya. Mereka melakukan semua itu karena kebodohan, ke-ummi-an, dan keinginan membalas terhadap kabilah-kabilah dan bangsa-bangsa yang ada di sekitarnya.
Meskipun demikian, di antara mereka masih terdapat orang-orang, walaupun sedikit, yang berpegang teguh pada aqidah tauhid dan berjalan sesuai ajaran hanifiyah, yaitu meyakini hari kebangkitan, memercayai bahwa Allah akan memberi pahala kepada orang-orang yang taat dan menyiksa orang-orang yang berbuat maksiat, membenci penyembahan berhala yang dilakukan oleh orang-orang Arab, dan mengecam kesesatan pikiran dan tindakan buruk lainnya. Di antara tokoh dan penganut sisa-sisa hanifiyah ini yang terkenal antara lain: Qais bin Sa’idah al-Ayadi, Ri’ab asy-Syani, dan Pendeta Bahira. Memuliakan Ka’bah, thawaf, haji, umrah, wuquf di Arafah, dan berqurban. Akan tetapi, pelaksanaannya tidak sesuai dengan ajaran sebenarnya. Banyak hal yang sudah ditambahkan, seperti talbiyah haji dan umrah. Kabilah Kinanah dan Quraisy dalam talbiyah-nya mengucapkan,

“Aku sambut (seruan-Mu), ya Allah, aku sambut (seruan-Mu). Aku sambut (seruan-Mu), tiada sekutu kecuali sekutu yang memang (pantas) bagi-Mu, yang Engkau dan dia miliki.”
Setelah talbiyah ini, mereka membaca talbiyah yang men-tauhidkan-Nya dan memasuki Ka’bah dengan membawa berhala-berhala mereka.

Dikutip dari buku Sirah Nabawiyah terjemahan dari kitab Fiqhus Sirah karya Dr. Muhammad Sa'id Ramadhan al-Buthy penerbit Robbani Press, Jakarta.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  1. Untuk menyisipkan sebuah kode gunakan <i rel="pre">code_here</i>
  2. Untuk menyisipkan sebuah quote gunakan <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. Untuk menyisipkan gambar gunakan <i rel="image">url_image_here</i>