Perbedaan Kunyah, Laqab, dan Nasab pada rawi hadits

Kun-yah, laqab, dan nasab sangat lekat dalam tradisi bangsa arab. Ketiganya itu juga berhubungan dengan materi-materi hadits karena seperti kita tahu, hadits berada di tengah tengah mereka. Untuk itu, mengetahui apa itu kunyah, laqab, dan nasaby sangat penting bagi yang mempelajari hadits.

1. Kunyah

Kunyah adalah nama panggilan yang dipermulaannya ada kata ab (aba, abi, abu), ibin atau bint dan um. Bentuk jamaknya kunyah adalah kinan atau kunan. Contoh kun-yah yang ada sebagai berikut:
  • Aba Bakar
  • Abi Bakar
  • Abu Bakar
  • Ummu Salamah
  • Ibnu Abi Habibah
Kun-yah biasanya dan kebanyakannya sebagai nama panggilan, bukan nama asal. Tapi ada juga beberapa rawi yang kun-yahnya jadi nama asalnya. Pokok kepentingan kita mengetahui tentang hal kun-yah ini ialah supaya satu kun-yah atau beberapa kun-yah bagi seorang rawi itu tidak kita sangka dua orang atau lebih.

Contoh
  1. Abu Bakar bin 'Abdurrahman: Abu Bakar itu satu kun-yah sedangkan namanya juga Abu Bakar. Maka kun-yahnya jadi nama asalnya. Tetapi ia mempunyai nama panggilan lain, yaitu Abu 'Abdirrahman. Keduanya terpakai. Oleh karena itu, jika suatu saat disebut Abu Bakar dan saat yang lainnya dipakai Abu 'Abdirrahman, janganlah kita anggap itu sebagai dua orang, kecuali jika memang benar dua orang.
  2. Ibnu Juraij: Ia memiliki dua kun-yah, Abul Walid dan Abu Khalid. Ketiganya terpakai. Jadi kalau dalam satu sanad ada Ibnu Juraij, di sanad lain ada Abul Walid, dan di lain lagi ada Abu Khalid, hendaklah kita periksa dahulu.

2. Laqab

Laqab (gelaran) adalah suatu nama yang digelarkan kepada seseorang. Bentuk jamaknya, alqab. Contohnya:
  1. 'Abdurrahman bin Hurmuz; nama asalnya. Gelarnya al-A'raj.
  2. Asma' binti Abi Bakar; nama asalnya. Gelarnya Dzatun-nithaqaini (ذَاتُ النِّطَاقَيْنِ)
  3. Muhammad bin Ja'far; nama asalnya. Gelarnya Ghundar.
  4. Al-Aswad bin 'Amir; nama asalnya. Gelarnya Syadzan.
Jadi laqab ini bukan nama asal dan bukan pula kun-yah. Ada laqab yang berupa kun-yah, seperti:
Abu Turab: ini laqab bagi 'Ali bin Abi Thalib, bukan kun-yahnya. Karena kun-yahnya sendiri adalah Abul Hasan.
Mengenai laqab ini perlu perhatian khusus karena kalau tidak akan menjadi salah.
Perhatikan contoh-contoh dan keterangan-keterangan di bawah ini.
  1. Adl-Dlal; orang yang sesat.
Adl-Dlal itu laqab dari Mu'awiyah bin 'Abdil Karim; digelarkan "orang yang sesat", karena suatu waktu ia pernah tersesat di jalanan Makkah. Orang yang tidak tahu, tentu menganggap adl-Dlal satu orang dan Mu'awiyah itu orang lain, sehingga dua orang. Lagi pula kita tidak tahu apa sebab ia digelar "orang yang sesat". Boleh jadi kita akan menganggap Mu'awiyah itu seseorang yang sesat dalam agama, sehingga menyebabkan terpaksa kita tolak riwayatnya, padahal ia seorang rawi yang derajat haditsnya sedikitnya masuk bagian Hasan.
  1. Adl-Dla'if; orang yang lemah.
Perkataan ini digelarkan kepada 'Abdullah bin Muhammad bin Yahya ath-Tharasusi karena lemah badannya lantaran banyak beribadah. Orang yang belum tahu bisa tetapkan 'Abdullah dan adl-Dla'if itu dua orang, dan bisa juga tersangka ia seorang yang lemah dalam urusan hadits. Padahal ia seorang kepercayaan lagi kuat ingatannya.
  1. Al-Qawi; orang yang kuat.
Gelar ini diberikan kepada Abul Hasan Yunus bin Yazid karena ia kuat dalam beribadah. Jika kita tidak tahu sebab digelarkan ini, tentu kita menyangka ia seseorang yang kuat dalam meriwayatkan hadits. Padahal ia adalah seseorang yang lemah dalam meriwayatkan hadits.
  1. Al-Kadzub; orang yang banyak dusta.
Digelarkan kepada Yunus, padahal ia seorang hafizh, lagi teliti dalam meriwayatkan. Bukankan bisa ditolak riwayat Yunus itu kalau kita tidak tahu bahwa gelar itu diberikan kepadanya karena kekuatan hafalan dan ketelitiannya?
  1. Ash-Shaduq; orang yang sangat benar.
Digelarkan kepada Yunus bin Muhammad, padahal ia seorang pendusta. Jadi nyatalah gelar itu sebagai celaan dan ejekan, bukan sesungguhnya.

Sering juga terdapat satu gelar digunakan untuk beberapa orang (rawi), seperti Ghundar yang digelarkan kepada
  1. Muhammad bin Ja'far Abu Bakar al-Bashri
  2. Muhammad bin Ja'far Abul Hasan ar-Razi
  3. Muhammad bin Ja'far Abu Bakar al-Baghdadi al-Hafizh
  4. Muhammad bin Ja'far Abuth Thayib al-Baghdadi
  5. Muhammad bin Ja'far Abu Bakar al-Qadi al-Baghdadi
  6. Muhammad bin Ja'far Abu Bakar an-Najjar
Keterangan:
  1. Dari contoh di atas jelaslah bahwa Ghundar digelarkan kepada enam rawi yang bersamaan nama mereka yaitu Muhammad bin Ja'far. Kebetulan pula kun-yah mereka ada empat orang yang bersamaan yaitu Abu Bakar sebagaimana pada nomor 1,3,5, dan 6. Abu Bakar ini pula yang bangsa Baghdad ada dua orang yaitu nomor 3 dan 5. Tetapi yang satu bergelar al-Hafizh dan satunya al-Qadli.
  2. Kalau sudah tahu bahwa Ghundar itu gelar bagi Muhammad bin Ja'far, maka hendaklah diperiksa betul-betul Muhammad bin Ja'far mana yang ditujukan bilamana kita bertemu lawab itu.
  3. Selain Muhammad bin Ja'far yang enam itu, ada juga beberapa orang yang bergelar Ghundar. 

3. Nasab

Nasab artinya mensifatkan, menyandarkan, atau membangsakan. Bentuk jamaknya disebut ansab.
Nasab dalam pembahasan ini berarti nama negeri, kabilah, peperangan, tempat, atau suatu pekerjaan yang disandarkan kepada seseorang. 
Pembicaraan tentang nasab ada macam-macam. Adakalanya nasab itu betul-betul sebagaimana yang disifatkan berikut ini.
  1. Abu Lubabah al-Badri. Badar adalah sebuah peperangan yang masyhur di zaman Nabi SAW. Lantaran Abu Lubabah pernah turut dalam peperangan itu, maka dibangsakan kepadanya dengan perkataan al-Badri. Jadi al-Badri boleh kita maknakan orang yang ikut dalam peperangan Badar.
  2. Aminah bint al-'Abbas bin 'Abdil Muththalib bin Hasyim al-Hasyimiyah. Al-Hasyimiyah maknanya "bangsa Hasyim". Perkataan ini disandarkan kepada Aminah, karena memang betul-betul keturunan Bani Hasyim.
  3. Hamzah bin Habib az-Ziyat al-Muqri. Az-Zaiyat artinya "pembuat atau penjual minyak". Al-Muqri artinya "ahli membaca al-Qur'an". Keduanya ini disifatkan kepada Hamzah bin Habib, karena ia memang seorang penjual/pembuat minyak dan salah seorang dari tujuh ahli qiraat terkenal.
Nasab ada yang zhahirnya berlainan dengan sebenarnya atau dengan yang tertulis, seperti:
  1. Khalid bin Mihran al-Hadzdza'. Al-Hadzdza' artinya "tukang sepatu". Disandarkan kepada Khalid padahal ia bukan tukang sepatu. Disifatkan al-Hadzdza' karena ia sering bergaul dengan tukang sepatu. Jadi sifat zhahirnya berlainan dengan sebenarnya.
  2. Abu Mas'ud 'Uqbah bin 'Amr al-Anshari al-Badri. Al-Badri maknanya "orang yang ikut dalam perang Badar". Perkataan ini disandarkan kepada Abu Mas'ud, padahal ia tidak pernah ikut dalam peperangan ini. Namun, ia sebenarnya hanya tinggal di tempat bekas peperangan ini. Maka yang disandarkan kepadanya itu berlainan dengan yang sebanarnya.
  3. Salamah bin Shakhr bin Salamah al-Biadli. Biadlah adalah suatu kabilah dari Anshar. Orang dari kabilah itu disebut al-Biadli. Perkataan ini dinisbatkan kepada Salamah, padahal Salamah bukan dari kabilah Biadlah. Hanya ia pernah bersumpah setia dengan kabilah itu. Jadi nisbat zhahirnya berlainan dengan yang sebenarnya.
Ada pula beberapa rawi yang hanya disebut nasabnya saja, dan terkadang satu nasab itu tertuju kepada beberapa rawi yang berlainan. Contohnya
  1. Al-Asyja'i, ditujukan kepada 'Ubaidillah bin 'Abdirrahman
  2. Az-Zubaidi, ditujukan kepada Muhammad bin al-Walid
  3. Ash-Shunabihi, ditujukan kepada 'Abdurrahman bin 'Usailah
  4. An-Nakhkhash, ditujukan kepada tiga orang: a) Mufadldlal bin Shalih, b) al-Walid bin Shalih, c) Muhammad bin 'Ubaid.
  5. Ad-Darimi, ditujukan kepada: a) 'Abdullah bin 'Abdirrahman bin al-Fadlal bin Mihran b) Ahmad bin Sa'id c) Utsman bin Sa'id
Terdapat juga beberapa rawi yang sama nasab mereka, tetapi dari kabilah yang berlainan. Contohnya:
  1. Muhammad bin Yahya bin Hibban al-Mazini
  2. Salamah bin 'Amr al-Mazini
  3. 'Abdullah bin Busr al-Mazini
Ketiga rawi ini nasabnya sama yaitu al-Mazini, tetapi kabilah mereka berlainan.
Yang pertama dari kabilah Mazin bin Najjar
Yang kedua dari Mazin bin Khadubah
Yang Ketiga dari Bani Mazin bin Manshur


Pustaka: 
A. Qadir Hassan, Ilmu Mushthalah Hadits, Bandung: Diponegoro.




Anda mungkin menyukai postingan ini

  1. Untuk menyisipkan sebuah kode gunakan <i rel="pre">code_here</i>
  2. Untuk menyisipkan sebuah quote gunakan <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. Untuk menyisipkan gambar gunakan <i rel="image">url_image_here</i>