Penting!!! Ini Kekurangan HP Pavilion, Victus dan Omen

Kekurangan HP Pavilion, Victus dan Omen berdsarkan pengalaman
Saya membeli laptop ini awalnya untuk memenuhi kebutuhan editing video. Ketika saya mencari-cari laptop second, ada beberapa opsi laptop yang saya dapatkan, namun saya tidak sengaja menemukan laptop HP Pavilion dk0043tx ini. Saya mendapatkannya dalam kondisi second pada 10 September 2020 di harga Rp13,5 juta, yang saat itu harga barunya sekitar Rp16 juta-an. 

Dari segi desain, saya cukup menyukai laptop ini karena tidak terlalu berlebihan dibanding brand lain. Sehingga tidak terlalu menarik perhatian jika dibawa kemana-mana. 

Spesifikasi yang ditawarkan antara gaming dengan editing saya rasa lebih condong ke editing. Misalnya kecepaatan layar yang masih 60 Hz. Saya tidak memperdulikan frekuensi layar karena memang tujuan saya tidak untuk gaming. GPU yang dipakai nVidia GTX 1660Ti Max-Q membuat saya tertarik dengannya. Pasalnya pada harga segitu kebanyakan menggunakan GTX 1650 ke bawah. Pada saat itu ya... atau mungkin saya yang kurang referensi saja.

Seiring berjalannya waktu, laptop ini saya pakai untuk live streaming dalam acara-acara. Saya sering menggunakan input 3-4 kamera sekaligus. Laptop ini cukup memadai. Apalagi untuk streaming penting sekali adanya GPU. Sesaui dengan persyaratan dalam di official website vMix, bahwa untuk input 4 kamera minimal menggunakan nVidia GTX 1050.

Selama pemakaian, yang saya keluhkan dari laptop ini adalah tidak adanya fasilitas stop charging. Saya sudah menanyakan ini di forum dan tidak ada jawaban bagaimana stop charging laptop ini. Padahal fasilitas stop charging atau beberapa menyebutnya auto cut, sangat diperlukan untuk menjaga kesehatan baterai. Saya juga melihat di forum, bahwa banyak juga yang mengeluhkan cepat rusaknya baterai laptop ini. Akibat utamanya, sering dipakai sambil dicharger. Sebenarnya hal tersebut bisa dicegah jika ada fasilitas stop charging di laptop tersebut. 

Stop charging yang saya maksud di sini merupakan fasilitas menghentikan pengisian baterai pada saat baterai pada kapasitas tertentu, bisa pada 60%, 80%, atau 100%, tergantung settingan dari user. Jadi jika menggunakan pilihan stop charging di 60%, dan baterai pada laptop ada di 90% misalkan, maka power dari charger tidak akan mengisi baterai dan langsung digunakan untuk me-tenagai laptop. Dengan ini maka baterai akan lebih awet.

Seperti itulah yang saya keluhkan dari HP Pavilion ini. Bahkan di seri lain dari brand HP, seperti Victus dan Omen juga belum memiliki fasilitas ini. Saya rasa ini hanya kurang dari dukungan software saja, sehingga pihak HP bisa berupaya menutupi kekurangan itu dengan segera membuat software-nya.

Fasilitas stop charging pada lenovo dapat ditemui pada aplikasi Lenovo Vantage, pada Asus di aplikasi ASUS Battery Health Charging, pada MSI di MSI Dragon Center, pada Acer di Acer Care Center dan aplikasi berbeda lainnya pada tiap-tiap brand.

Dengan tidak adanya fasilitas stop charging tersebut pada HP Pavilion, maka saya lebih memilih melepas soket baterai atau bisa dibilang tidak menggunakan baterai ketika menggunakan laptop ini. Hal tersebut demi memelihara kesehatan baterai. Sehingga senantiasa laptop tersambung charger setiap kali saya memakai laptop. Saya harap pihak HP segera menutupi kekurangan ini. 

Anda mungkin menyukai postingan ini

  1. Untuk menyisipkan sebuah kode gunakan <i rel="pre">code_here</i>
  2. Untuk menyisipkan sebuah quote gunakan <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. Untuk menyisipkan gambar gunakan <i rel="image">url_image_here</i>